Senin, 15 Desember 2008

Memperingati Tahun Baru Hijriyah

MELAHIRKAN KSATRIA BARU


Alkisah seorang raja yang sudah lanjut usia, tengah mencari calon pewaris tahtanya. Beliau berputera kembar, keduanya laki-laki. Sama gagah, sama kesatria dan sama bijaksana. Keduanya pantas jadi raja, tetapi sayang kursi tahta hanya diperuntukkan untuk satu calon. Akhirnya sayembara pun digelar. Raja memberikan keduanya teka-teki. Dia yang sanggup menjawab dan membuktikan jawabnyalah yang akan duduk sebagai raja. Demikian bunyi teka-teki tersebut : Apakah seorang kesatria sejati dilahirkan ataukah dibentuk ? Putera kedua lebih dulu menjawab. Ia berpendapat bahwa kesatria sejati dilahirkan bukan dibentuk. Ternyata putera pertama berpendapat lain, ia yakin bahwa kesatria sejati itu dapat dibentuk. Sang Ayahanda tersenyum bijak. “Anakku, “kata beliau,”Aku memberikan kalian kesempatan selama 40 hari untuk membuktikan jawaban kalian. Tepat satu hari menjelang bulan purnama, kalian harus berkumpul di alun-alun istana dan membawa bukti-bukti yang memadai sesuai pendapat kalian.”

Putera pertama segera bergegas pergi ke sebuah desa. Ia mengumpulkan 10 ekor kucing kampung dan tanpa buang-buang waktu segera melatih kucing-kucing itu. Mereka diajari berbagai hal yang mustahil dikerjakan oleh seekor kucing sebelumnya, yaitu berdiri diatas kedua kaki, menari, bersolek, berenang, bahkan bermain kecapi. Siang dan malam dilalui tanpa kenal lelah melatih kucing-kucingnya. Akhirnya dari sepuluh ekor itu terpilihlah satu ekor yang terbaik. Binatang itu kini telah menjelma menjadi mahluk yang luar biasa. Betapa tidak, kucing itu sekarang sudah bertingkah seperti layaknya manusia biasa. Tak ayal, kucing miliknya kini jadi pusat perhatian seluruh negeri. Semua bibir bergunjing tentang kehebatan kucing, putera pertama. Kabar itupun akhirnya terbawa angin dan sampai ketelinga raja dan putera kedua. Walau belum dapat mengumpulkan bukti apapun, sang putera kedua, tetap tinggal tenang di istana.

Hari yang ditunggu-tunggu tibalah sudah. Alun-alun sedari pagi tadi sudah penuh sesak dijejali ribuan rakyat. Mereka semua seakan tak sabar ingin menyaksikan akhir sayembara itu. Sang Raja muncul kemuka memberi kesempatan putera pertama untuk tampil. “Wahai baginda,”, seru putera pertama, “Ayahanda tercinta. Seperti yang sudah ananda utarakan 40 hari yang lalu, bahwa seorang kesatria itu dapat dibentuk dan tidak dilahirkan. Kini ananda membawa buktinya.” Maka mulailah kucing miliknya beraksi. Tepuk tangan, dan sorak sorai, riuh rendah memenuhi udara. Sejenak putera pertama memberi aba-aba, dan si kucing pun menghentikan akrobatnya. “Wahai baginda dan rakyat kerajaan ini seluruhnya. Apa yang kalian saksikan belumlah seberapa, sekarang kucing milik ku akan berkata-kata seperti layaknya seorang manusia”. Semua orang di alun-alun itu terdiam menahan napas. Mereka tampak saling berpandangan satu sama lain. Apa ? Berkata-kata ? Mustahil. Sang putera pertama pun berdiri sambil mengangkat tangannya sementara kucing itu terlihat bersiap sedia. “Tunggu !” Tiba-tiba putera kedua berdiri dan mengacungkan bungkusan plastik yang telah dipegangnya sedari tadi. Hadirin mengalihkan perhatian kearah putera kedua. Tangan kanannya tampak membuka bungkusan itu dan sekonyong-konyong seekor tikus melompat keluar. Melihat tikus yang gemuk itu, karuan saja si kucing menyeringai ganas. Ia segera melompat, mengejar tikus itu habis-habisan dan melupakan para pengagumnya. Keduanya terlibat kejar-kejaran seru diantara ribuan hadirin yang memadati alun-alun. Segera saja suasana berubah jadi kacau balau. Orang berlarian kesana-kemari takut menjai korba kucing yang sedang kalap. Sayembara pun nyaris bubar. Kejar-kejaran itu berakhirnya disebuah tumpukan sampah dekat sebuah selokan. Dengan baju compang-camping dan bulu-bulu dan wajah hitan belepotan lumpur Si kucing akhirnya keluar dengan membawa tikus diantara gigi-giginya. Tanpa peduli dengan ribuan pasang mata yang memelotinya, si kucing pun berlalu. Seolah ingin menyantap makananya tanpa diganggu siapapun juga. “Wahai baginda, ayahanda tercinta dan rakyat seluruh negeri paduka.”, tiba-tiba terdengar teriakan lantang dari putera kedua ”Ternyata benar apa yang ananda sampaikan pada baginda. Sekarang kita sama-sama menyaksikan bahwa kesatria itu dilahirkan !”.

Selamat Menyongsong Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1430 H . Di penghujung tahun ini kita bermuhasabah kelebihan dan kekurangan kita di tahun sebelumnya dan selanjutnya kita bertekad bulat untuk terlahir kembali di Tahun baru dan bukan sekedar menjadi seekor kucing terlatih yang tinggal tunggu waktu, akhirnya akan memunculkan prilaku lama nya kembali. Selamat berjumpa di alun-alun istana raja.

Hadist Pilihan (tanda-tanda hari kiamat)

Hadist Pilihan (Mencari kebenaran)

Hadist Pilihan (mencari ilmu)

Jumat, 12 Desember 2008

RENUNGAN (1)


SIAPAPUN KITA.. DIMANAPUN KITA BERADA ..
APAPUN YANG KITA LAKUKAN
PERAN APAPUN YANG KITA MAINKAN..
STATUS APAPUN YANG KITA DAPATKAN..
SEMUA HARUS DALAM LINGKUP.. KEBENARAN...

RENUNGAN (2)


PENINGGALAN ROSUL SAW (FOTO)





TAFAKUR ALAM (BAHASA ANGSA 1)


Bila anda sedang berada di negara 4 musim,

kadang anda melihat Angsa terbang berombongan,

pergi ke daerah yang lebih hangat,

menghindari musim dingin…

Perhatikan, mereka terbang dalam formasi  “V”

Mungkin anda kepingin tahu kenapa……..

 


Pelajaran 1:

Bekerja secara Team, bergerak ke arah tujuan yang sama , membuat kita mencapai tujuan lebih cepat dan lebih ringan

TAFAKUR ALAM (BAHASA ANGSA 2)






























Pelajaran ke 2:

Selalu kompak di dalam teamyangbergerak ke satu tujuan; akan membutuhkan  lebih sedikit energi.

Akan lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk mencapai tujuan.

Setiap anggota akan merasa berkewajiban untuk menolong sesama

TAFAKUR ALAM (BAHASA ANGSA 3)

Pelajaran 3:

Berbagi kepeminpinan, harus  didasari 

saling hormat dan percaya diantara anggota di setiap saat.

Saling berbagi tugas  atau masalah yang paling berat

Pusatkan kemampuan , dan bakat team untuk memecahkan masalah.

 Pelajaran  4:

 Bila mana ada semangat dan “penyemangat,

kecepatan penyelesain pekerjaan lebih besar.

Keberadaan “ semangat “akan selalu memotivasi ,

 menolong dan menguatkan…

Akan menghasikan kwalitas yang terbaik

TAFAKUR ALAM (BAHASA ANGSA 4)


Pelajaran  5:

 Tinggalah berdampingan  dengan yang lain apapun perbedaan kita. Lebih lebih pada waktu kesulitan dan tantangan yang besar.

 Jika kita kompak dan saling mendukung…...

Jika kita menjiwai kerja sama yang baik..

Melupakan perbedaan masing masing maka kita akan selalu dapat mengatasi tantangan.

 "Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."(QS.ASh-Shaff (61):4)

KISAH WANITA DALAM AL-QUR'AN


Islam adalah din yang diturunkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia. Islam memberi tuntunan kepada segenap manusia (laki-laki maupun wanita) untuk dapat menjalani hidup dan kehidupannya selama di dunia ini dengan bimbingan, petunjuk dan berpedoman kepada  Al-Quran dan Sunnah Nabi Saw. Allah dalam Al-Quran bukan tanpa maksud dan tujuan apabila menyampaikan sesuatu, termasuk penyampaian kisah beberapa wanita “penentang” kebenaran maupun wanita solihah yang agung dan sarat dengan hikmah, teladan dan pelajaran kepada kita semua, tidak hanya untuk wanita tetapi bagi segenap manusia, laki-laki maupun wanita, diantaranya ialah :

·  ISTRI NABI NUH dan ISTRI NABI LUTH (Wa’iklah),

 dalam masalah Hidayah, Nabi-pun tidak memiliki kuasa apa-apa.

Allah berfirman : “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh diantara hamba-hamba Kami ; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah ; dan dikatakan (kepada keduanya) : `Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)`”. (Q.S. At-Tahrim : 10).

·   IBU NABI MUSA (Yukabad) dan kepatuhannya kepada perintah Allah.

        Allah SWT berfirman : “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa : `Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.` Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir`aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir`aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah istri Fir`aun : `(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak`, sedang mereka tiada menyadari. Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhnkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).(Q.S. Al-Qashash : 7-10).

·   ISTRI IMRAN, menazarkan bayi yang ada dalam kandungannya untuk kepentingan agama Allah.

        Allah SWT berfirman : “(Ingatlah) ketika istri Imran berkata : `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui`. Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata : `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan ; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu ; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syetan yang terkutuk”. (Q.S. Ali Imran : 35-36).

·   ISTRI FIR`AUN (ASIAH binti Manzahim), teguhnya keimanan di dalam lingkungan kufur.

        Allah SWT berfirman : “Dan Allah membuat istri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata : `Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”.  (Q.S. At-Tahrim : 11).

·   MARYAM Al-Bathul PUTERI IMRAN, Allah SWT memilihnya atas segala wanita di dunia.

Maryam puteri Imran ketika dalam kandungan ibundanya telah dinazarkan kepada Allah SWT (Q.S. Ali Imran : 35-36). Allah SWT berfirman :

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata : `Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku”. (Q.S. Ali Imran : 42-43)

“Dan (ingatlah) Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami ; dan dia membenarkan kalimat Tuhannya ; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat”.(Q.S. At-tahrim : 12)

BUDAYA DOSA DAN POLA PEMBINAAN GENERASI


Barangkali tidak terfikir, bahwa setiap kali kita berbuat dosa, kita menyumbang satu nilai buruk bagi lingkungan. Secara kolektif , nilai tersebut berpengaruh  terhadap pertumbuhan diri kita. Tentu saja juga terhadap generasi setelah kita, sehingga perbuatan dosa, seringan apapun ia, harus dilihat sebagai sebuah kendala strategis, penyiapan generasi yang kuat.

                Itu secara implisit dicontohkan oleh segudang kisah sahabat Rasullullah. Umar bin khathab ra,memilihkan istri buat anaknya, dari golongan wanita yang takut berbuat dosa. Kisah populer sang wanita, anak penjual susu, membuktikan kualitas generasi selanjutnya  adalah sekelas Umar bin Abdul Aziz ra.

                Demikian pula Umar bin Abdul aziz ra, di penghujung hidupnya ditanyakan tentang warisan yang ditinggalkan untuk anak-anaknya. Dia berkata, “Aku tidak meninggalkan warisan kepada mereka selain ilmu yang bermanfaat, hingga jika mereka beriman mereka baik dengannya, dan jika mereka kufur, Alloh tidak menuntutku, karena aku tidak meninggalkan harta untuk kekufuran mereka.” Selalu menjadikan dosa sebagai kekhawatiran kondisi generasi setelah mereka.

                Konteks tersebut diatas menyadarkan kita tentang bagaimana generasi terdahulu memandang perbuatan dosa. Cara berfikir dengan menggunakan prespektif kolektif sebagai dasar pertimbangan begitu dominan. Bahwa dosa akan membentuk lingkungan hidup  yang buruk bagi pertumbuhan diri sendiri dan generasi selanjutnya. Sesuatu yang hari ini mungkin hanya sedikit yang memikirkannya.

                Tegas dijelaskan dalam hadits Rasullullah saw, bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrahnya yang suci, lalu faktor lingkungan yang akan menentukan nilai diri anak tersebut selanjutnya. Untuk itulah  Rasullullah saw menekankan pentingnya memperhatikan kondisi lingkungan tersebut.

                Termasuk hak seorang anak untuk memiliki  Ibu yang sholehah, nama yang baik dan pendidkan  keimanan yang cukup. Sehingga  menjadi tanggung jawab sang Ayah memilihkan Ibu yang baik untuk anaknya, memberi nama yang baik, dan menjaga proses pertumbuhannya dengan pendidikan yang lurus. Ini semua  menutup peluang toleransi terhadap dosa, sekecil apapun. Diatas sikap inilah bisa diletakkan harapan akan lahirnya generasi yang kuat.

                Sayang sekali, semua warisan sejarah tersebut tidak mampu melahirkan kesadaran kolektif untuk menjaganya. Konteks kehidupan kita hari ini telah melupakan hal tersebut. Kita menghitung parameter  pendidikan hanya berdasar nilai material semata. Itu terlihat dari minimnya porsi pendidikan mentalitas spiritual dalam kehidupan kita. Baik secara formal di lembaga pendidikan, apalagi informal dalam kehidupan sosial kita. Dampaknya adalah realitas kehidupan yang kita jalani hari ini.

 Membudayanya dosa

                 Hampir  di semua sudut kehidupan,dosa menjadi budaya. Kenyataan tentang penyelenggaraan negara dengan semua kasus hari ini , membuat kita cenderung apatis. Korupsi menjadi penyakit berakar yang kronisDari strata paling rendah sampai puncak-puncak kekuasaan . Suap dan sogok, dengan istilah pelicin menjadi keharusan. Dengan istilah tahu sama tahu akan kebutuhan hidup norma hidup tergadaikan . Justru menjadi orang baik hari ini menjadi terlihat aneh. “ Jadi orang itu jangan terlalu lurus,gak bakalan bisa hidup” , menjadi contoh komentar meresapnya nilai dosa dalam kehidupoan.

                Bahkan dalam lembaga pendidikan, kita disuguhi pemandangan ironis dengan istilah uang bangku, uang gedung, dan beragam jenis istilah lainnya. Sejak awal telah memulai proses pendidikan dengan mengundang murka Alloh. Maka tidak perlulah kita heran melihat produk pendidikan sekolah dengan label islam sekalipun.

                 Diluar itu semua, dalam realitas sosial kita, maksiat ditawarkan dengan megah dan gempita. Bahkan terkadang anda mesti bayar mahal untuk itu. Kasus rusaknya generasi dengan data-data yang mencegangkan begitu akrab dengan kita. Namun belum cukup untuk menegtuk dinding kesadaran. Tetap saja tontonan dan bacaan tidak berpihak pada pembentukan lingkungan tumbuh yang sehat. Mungkin karena itu pula kita tidak perlu heran, ketika lahir usulan-usulan untuk melegalkan perbuatan dosa. Sebab memang sudah menjadi sesuatu yang biasa. Baik kecil maupun yang tergolong besar.

                Realitas yang mengundang komentar sederhana, bahwa dosa dalam lingkungan kita hari ini telah menjadi budaya. Sebuah nilai hidup yang disepakati secara kolektif,terpaksa atau tidak. Kemudian menjadi rujukan karakter dengan pertannyaan, “ Yang ‘begitu’ kan memang sudah umum.lagian semua orang juga melakukannya.”

Membangun Generasi

                Seorang ibu pernah menggoreskan kekhawatirannya di sebuah media. Malam sebelumnya sang Ibu menyaksikan di salah satu stasiun TV swasta, tayang tentang kehidupan malam metropolitan. Sebuah realitas yang sarat dengan nilai yang -menurut sang Ibu- buruk. Hebatnya realitas tersebut dikemas dengan demikian memikat. Menghadirkan sebuah kenyataan yang ironis. Dosa dijual dengan demikian menarik dan mewah.

                Kekhawatiran sang ibu bermuara pada wajah suci anak putrinya yang polos. Bahwa kesucian itu akan berbenturan dengan realitas ironis lingkungannya. Di dalam rumah,dalam wilayah kekuasaannya, mungkin tidak masalah. Namun di luar itu, ketika sang buah hati harus melangkahkan kakinya,di situlah keresahan sang ibu memuncak. Bagaimanakah ia akan menjaga pendidikan anaknya dalam lingkungan hidup yang demikian  tidak mendukung. Dalam keresahan itulah ia terlelap.

                Kesadarannya kembali bersama hari baru, oleh senandung sholawat.Terlantun dari mulut mungil si buah hati. Membuatnya tersenyum dan bersyukur. Bahwa bagaimanapun nilai pertama yang dikenal anaknya adalah contoh terbaik kehidupan, Rasullullah saw.

                Kisah tersebut mewakili keresahan-mudah-mudahan- banyak ibu hari ini. Keresahan akan dihadapinya dlam mendidik generasi. Betapa jebakan-jebakan dosa yang membudaya dan begitu memikat, akan menjadi kendala-kendala pertumbuhan anak-anaknya. Kekhawatiran  akan sulitnya mendapatkan anak-anak sholeh yang menjadi harta hidupnya sepanjang zaman. Kekhawatiran akan pertanggung jawaban dihadapan Alloh tentang amanah buah hati yang menjadi rezkinya. Serta keresahan-keresahan lainnya.

                Seharusnya, perasaan seperti itulah yang mendapatkan perhatian dan dimiliki oleh para pemimpin bangsa. Sebab mereka tidak saja menjadi orang tua bagi anak-anak kandungnya. Melainkan orang tua bagi generasi bangsa ini. Merekalah yang pertama kali  dimintai tanggung jawab tentang semua wajah generasi hari ini.

                Itulah mengapa, sangat wajar ketika sekelompok ibu begitu berang merespon kebijakan pemimpin yang justru melegalkan perbuatan dosa. Tidak saja menyinggung perasaan para Ibu, bahkan mengancam semua upaya pendidikan yang telah dengan berat dibangun oleh mereka.

                Kasus judi menjadi potret kebodohan para pemimpin. Menjadi  gambaran bagaimana rendahnya visi generasi yang dimiliki para pemimpin. Sekaligus memperlihatkan tanggung jawab mereka yang minim terhadap lahirnya generasi yang kuat.

 Inisiatif positif

                 Akhirnya konteks ini harus diambil menjadi tanggung jawab pribadi, Ketika secara kolektif kita tidak bisa lagi berharap kepada pemimpin. Setiap harus menjadikannya bagian dari proses hidup yang kita jalani. Menegaskan kepada diri kita, generasi kita, dan generasi yang akan mewarisi diri kita, bahwa dosa sekecil apapun adalah sesuatu yang buruk. Tidak ada toleransi sedikit pun

                Setiap kita harus mengembalikan keresahan generasi sahabat akan kelalaian. Betapa mereka begitu gundah, meskipun hanya sedikit kelengahan . Mereka bahkan  menebus  kelengahan tersebut dengan tebusan-tebusan yang mahal menurut kita hari ini.

                Bagaimana sahabat Rasullullah mengikhlaskan harta kekayaan yang melalaikannya dari menyembah Alloh . baik berupa barang niaga, kebun kurma, hewan ternak, atau yang lainnya. Sebagai bentuk muaqobah dari hal-hal yang sangat biasa  bagi kita hari ini. Salah satu diantaranya ialah terlambat menjalankan sholat berjamaah di mesjid Rasullullah. Maka terbayanglah kepada kita, betapa hampir mustahilnya mereka membiarkan diri, keluarga dan lingkungannya secara  sadar melakukan kelengahan yang lebih besar dari itu. Wajarlah kiranya ketika Alloh menjadikan mereka sebagai generasi terbaik sejarah kehidupan.

                Kini menjadi tanggung jawab kita untuk tidak mengulang kesalahan yang ada. Cukuplah bagi kita semua ini menjadi pelajaran sejarah yang baik. Untuk kita tetapkan sendiri wajah generasi kita. Menjadi generasi yang jauh lebih bersih.Generasi yang takut kepad Alloh SWT, Generasi yang menjaga dirinya dari kelalaian, generasi yang mulia dengan kemuliaan, bukan dengan keingkaran. Generasi baru, meskipun kita terbentuk dalam proses demikian buruk.

Wallohu a’lam bishowwab.

LEGALISASI DOSA Vs GENERASI BARU


Disadari  atau tidak kegagalan dalam pendidikan moral ummat Islam melahirkan fenomena penyelewengan dan gaya hidup bebas. Masyarakat kita menjadi jauh dari norma-norma yang menjadi parameter Khairu ummah (Ummat terbaik).

                 Lantas dipertahankan nilai-nilai warisan zaman kemunduran  dan penyelewengan Islam, seperti  menindas orang lemah,tunduk pada yang kuat atau kaya,kikir kepada fakir miskin,menghalalkan uang negara bagi kepentingan pribadi,memandang rendah kaum perempuan,mengabaikan urusan sosial dan sifat buruk yang lain.

                Selain nilai-nilai rendah warisan masa-masa gelap peradaban dahulu,masih ada nilai-nilai yang lebih rendah,yang asing dari kehidupan kita,mencemari kehidupan masyarakat kita,mengotori sistem nilai kita,juga cara perilaku kita. Ia adalah pandangan materialisme, vested interest dan individualisme. Lalu  merebak minuman keras, perzinaan, dan dekandensi moral, terutama menyangkut etika rasa malu dan harga diri.

                Maka tak mengherankan jika narkoba tersebar luas di kalangan anak muda melalui bisnis perdagangan terselubung yang mampu meraup keuntungan hingga miliaran. Uang tersebut mereka gunakan untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka,hingga ada yang dapat masuk gedung parlemen dengan cara ‘ membeli kursi’dengan uangnya.Mereka pun membeli oknum pemerintahan yang bisa melicinkan jalan untuk itu,berapapun harga yang harus dibayar.

                Bisnis pelacuran juga semakin merajalela melalui para calo dan germo yang tak peduli bahwa kekayaan mereka diperoleh  dengan cara haram dan mengorbankan akhlak.Lebih dari itu,bisnis ini menodai nilai-nilai sosial demi keuntungan materi mereka. Maka kemudian wanita-wanita muslimah menjadi terseret keluar dari identitas yang suci.

                Praktek premanisme pun banyak dilakukan.Mereka menggunakan cara-cara kekerasan dalam meraih kehendak dan menyingkirkan orang yang mencoba merintanginya. Sementara itu masyarakat kita lebih banyak diam, tidak ada  yang memeranginya sebagaimana memerangi kaum muslimin dengan tuduhan teroris. Selain itu sajian kali ini adalah maraknya kriminalitas keji yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.Anak membunuh orang-tuanya, suami membakar istrinya dan sebaliknya, saudara kandung saling membunuh, nenek membunuh cucunya dan sebaliknya.Pedihnya, semua itu dilakukan dengan cara kejam. Mayatnya dipotong- potong lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibuang ke tempat sampah atau al;iran sungai.

                Potret masyarakat kita tidak sampai disini.Perampokan juga demikian marak di masyarakat kita,dalam bentuk yang tidak pernah dilakukan di masa lalu. Gambaran bagaimana seorang gadis diculik dari tengah jalan lalu dirampas kehormatannya menjadi komoditas publik kita.

                Apa sesungguhnya  yang terjadi pada masyarakat ini? Egoisme,otoritarianisme, penindasan, menyuap, menuruti hawa nafsu, riya’, dan bermuka manis berhati busuk,berbasa basi meski batinnya dengki. Itukah budaya bangsa ini ?!

                Akhlak bukan barang ‘lux’ bagi sebuah umat ,namun ia merupakan kebutuhan fundamental, sebagai syarat bagi tegaknya kebangkitan, kemajuan dan militansi bangsa. Ketika unsur akhlak  sudah hilang dari perilaku sebuah bangsa,kemudian mereka berpaling untuk lebih memperturutkan hawa nafsu dan perang kepentingan, maka ini berarti ‘kepemimpinan mafia’ dalam segala bentuknya.

                Tersebarnya narkoba, bisnis protitusi, jual-beli jabatan, penghamburan kekayaan negara tanpa pertanggungjawaban, hingga menyusupnya intel ke wilayah suci sipil melalui minuman keras, seks dan uang.Dalam kondisi seperti ini ,hidup terasa pahit,getir dan hambar.Wajar bila banyak orang yang berharap lebih cepat meninggal.

Kebangkitan Generasi Baru

                Waktu terus bergulir,mengalir tanpa bisa dihentikan. Kejahatan dan kemungkaran yang telah meracuni bangsa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.ia harus dilawan dengan gerakan kebangkitan generasi pengusung bendera kebajikan.Generasi inilah yang akan berusaha membangunkan ummat,menghidupkan hal-hal yang telah mati,menyatukan yang berserakan, memperbaharui pemuda-pemuda Islam, membebaskan otaknya dari kebekuan, membebaskan tekadnya dari kelemahan dan membersihkan nuraninya dari penyakit.Semua ini dilakukan dengan pembaharuan agama yang merupakan inti keberadaan, rahasia  keabadian dan sumber kemuliaan serta kebesarannya.

                Kebangkitan ini telah menjadi hakikat nyata di dunia Islam.Tidak ada yang mengingkarinya selain orang yang takabur atau pesimis. Setiap orang yang mencintai Islam dan mendambakan kebaikan pasti bergembira dengan kenyataan ini. “Mereka adalah pemuda yang beriman kepada Tuhannya dan kami tambahkan petunjuk bagi mereka.” (Qs.Al-Kahfi:13). Kebangkitan  ini adalah kebangkitan yang menyeluruh. Ia adalah kebangkitan akal pikiran, kebangkitan hati dan perasaan, kebangkitan tekad dan kemauan, kebangkitan perilaku dan komitmen, kebangkitan gairah dan dakwah, kebangkitan perjuangan dan jihad, kebangkitan seluruh muslimin dan muslimat.

                Diantara agenda kebangkitan yang harus digaungkan terus menerus, menurut DR Yusuf Qardhawi antara lain :

                 Seruan Implementasi  Syariat Islam.Setelah sekian lama sekularisme mendominasi dan membungkam suara penganjur syariat, hingga terdiam untuk beberapa waktu, saatnya mereka melihat sedikit demi sedikit kehancuran bangunan megah mereka.Kejenuhan masyarakat akan ketidakjelasan kehidupan mereka tatkala berada di bawah bayang-bayang materialisme semakin menguak.

                Ketidak jelasan hukum dan perundang-undangan semakin menambah jumlah daftar manusia yang tidak puas. Di sisi lain dunia yang sedang berjudi dengan kapitalisme,sebuah sistem ekonomi yang durhaka karena melindungi riba, telah kehilangan nafasnya. Manusia modern sebenarnya telah sampai pada kesimpulan bahwa ideologi yang mereka ciptakan sendiri gagal. Saatnya seruan implementasi  Syariat Islam menggema. Karena Islam hadir dalam wujud yang sempurna, integral dan membawa rahmat dalam kehidupan umat manusia.

                Kedua, menghidupkan Jihad fisabillah. Ini ditandai dengan lahirnya respon positif terhadap seruan jihad di jalan Alloh dan perlawanan terhadap agresor tiran di bumi Islam. Tanah air Islam kini menjadi saksi bagaimana para pejuang kebenaran tak pernah berhenti menghidupkan kembali nilai-nilai pemandu hidup yang hakiki. Mereka selalu membuktikan bahwa keimanan adalah sumber kekuatan. Berpegang teguh kepada islam adalah pelindung paling kuat  dan benteng paling kuat  dan benteng paling kokoh yang akan menjamin keselamatan umat ini, jika mau berlindung kepadanya. “ Barang siapa yang berpegang teguh kepada ( agama) Alloh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imran :103) Oleh karenanya menghidupkan jihad fisabilillah berarti mengembalikan izzah ummat yang tengah terpuruk.

                 Ketiga, Mengembalikan kepada Islam. Inilah buah kebangkitan yang paling manis dan paling gemilang. Setelah sekian lama mereka meninggalkan mesjid-mesjid, meramaikan klab-klab dan gedung-gedung bioskop, meninggalkan nilai-nilai akhlak warisan salafus shalih dan hidup hanya untuk mereka sendiri. Sekarang, saksikanlah! Bagaimana pemuda kembali meramaikan mesjidnya, memenuhi majelis-majelis dzikir dan ilmu, membaca buku dan majalah islami. Mereka pulalah yang segera menyahut seruan jihad di setiap bumi Islam. Masing-masing mereka berangkat ke medan jihad tanpa peduli,kematian ataukah kehidupan yang bakal menyongsong mereka.

                Tidaklah heran jika Imam Hasan Al-Banna  sangat memuji pemuda,” Fikrah hanya produktif jika keyakinan kepadanya kuat.Ada keikhlasan berjuang didalamnya,semangat memperjuangkannya bertambah menyala ,kesiapan untuk berkorban dan beramal untuk merealisasikannya. Empat rukun ini yakni Iman, Ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang taqwa, dasar semangat alah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. ( Majmu’ah ar-Rasail, hasan al banna)

                 Keempat, Mengembalikan perempuan muslimah kepada Hijab. Kembalinya muslimah kepada hijab, dengan sukarela, tanpa dipaksa oleh orang tua, suami atau pemerintah adalah fenomena kebangkitan yang mengembirakan. Tatkala arus kebangkitan Islam mulai muncul, maka segera saja mendapat respon dari kalangan pemuda dan pemudi. Mereka wujudkan itu dalam bentuk pemikiran, antusiasme, komitmen perempuan muslimah kepada hijab adalah bentuk nyata dari kesadaran itu.

                 Lebih jauh para perempuan muslimah saat ini tentang menggali kemampuannya dalam menjalankan kewajiban utama mereka yaitu mengurus rumah tangga suami dan mendidik generasi. Jika kaum perempuan baik maka anak-anak dan keluarganya akan  baik. Sebab ibu adalah sekolah bagi anak-anak generasi masa depan Islam.

 Menatap Masa depan cerah

                Menghapus agama  dari kehidupan tidaklah mungkin. Kalaupun bisa, itu tidak berguna. Manusia tanpa agama adalah manusia tanpa akar,tanpa harapan, tanpa masa depan.

                Ia menjadi manusia telanjang yang tersingkap cacatnya dari segala arah, kehilangan keyakinan dan keridhaan,selalu diliputi keraguan emosi dan ia akan hidup tanpa kebahagiaan hidup. Itulah fungsi agama.

                Dan kita, kaum muslimin memiliki berbagai berita gembira yang bersifat ukhrawi dan duniawi. Hal itu membuat kita yakin dalam menghadapi masa depan dan selalu percaya bahwa hari esok adalah lebih baik.

                 Namun  hal itu tidak berarti kita boleh berpangku tangan dan hanya bergantung pada berita –berita gembira itu. Semua itu harus dijadikan motivasi untuk berbuat dan bekerja keras dengan dasar pengetahuan dan perencanaan sehingga kita dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan, menganti harapan menjadi realitas.