Jumat, 12 Desember 2008

LEGALISASI DOSA Vs GENERASI BARU


Disadari  atau tidak kegagalan dalam pendidikan moral ummat Islam melahirkan fenomena penyelewengan dan gaya hidup bebas. Masyarakat kita menjadi jauh dari norma-norma yang menjadi parameter Khairu ummah (Ummat terbaik).

                 Lantas dipertahankan nilai-nilai warisan zaman kemunduran  dan penyelewengan Islam, seperti  menindas orang lemah,tunduk pada yang kuat atau kaya,kikir kepada fakir miskin,menghalalkan uang negara bagi kepentingan pribadi,memandang rendah kaum perempuan,mengabaikan urusan sosial dan sifat buruk yang lain.

                Selain nilai-nilai rendah warisan masa-masa gelap peradaban dahulu,masih ada nilai-nilai yang lebih rendah,yang asing dari kehidupan kita,mencemari kehidupan masyarakat kita,mengotori sistem nilai kita,juga cara perilaku kita. Ia adalah pandangan materialisme, vested interest dan individualisme. Lalu  merebak minuman keras, perzinaan, dan dekandensi moral, terutama menyangkut etika rasa malu dan harga diri.

                Maka tak mengherankan jika narkoba tersebar luas di kalangan anak muda melalui bisnis perdagangan terselubung yang mampu meraup keuntungan hingga miliaran. Uang tersebut mereka gunakan untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka,hingga ada yang dapat masuk gedung parlemen dengan cara ‘ membeli kursi’dengan uangnya.Mereka pun membeli oknum pemerintahan yang bisa melicinkan jalan untuk itu,berapapun harga yang harus dibayar.

                Bisnis pelacuran juga semakin merajalela melalui para calo dan germo yang tak peduli bahwa kekayaan mereka diperoleh  dengan cara haram dan mengorbankan akhlak.Lebih dari itu,bisnis ini menodai nilai-nilai sosial demi keuntungan materi mereka. Maka kemudian wanita-wanita muslimah menjadi terseret keluar dari identitas yang suci.

                Praktek premanisme pun banyak dilakukan.Mereka menggunakan cara-cara kekerasan dalam meraih kehendak dan menyingkirkan orang yang mencoba merintanginya. Sementara itu masyarakat kita lebih banyak diam, tidak ada  yang memeranginya sebagaimana memerangi kaum muslimin dengan tuduhan teroris. Selain itu sajian kali ini adalah maraknya kriminalitas keji yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.Anak membunuh orang-tuanya, suami membakar istrinya dan sebaliknya, saudara kandung saling membunuh, nenek membunuh cucunya dan sebaliknya.Pedihnya, semua itu dilakukan dengan cara kejam. Mayatnya dipotong- potong lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibuang ke tempat sampah atau al;iran sungai.

                Potret masyarakat kita tidak sampai disini.Perampokan juga demikian marak di masyarakat kita,dalam bentuk yang tidak pernah dilakukan di masa lalu. Gambaran bagaimana seorang gadis diculik dari tengah jalan lalu dirampas kehormatannya menjadi komoditas publik kita.

                Apa sesungguhnya  yang terjadi pada masyarakat ini? Egoisme,otoritarianisme, penindasan, menyuap, menuruti hawa nafsu, riya’, dan bermuka manis berhati busuk,berbasa basi meski batinnya dengki. Itukah budaya bangsa ini ?!

                Akhlak bukan barang ‘lux’ bagi sebuah umat ,namun ia merupakan kebutuhan fundamental, sebagai syarat bagi tegaknya kebangkitan, kemajuan dan militansi bangsa. Ketika unsur akhlak  sudah hilang dari perilaku sebuah bangsa,kemudian mereka berpaling untuk lebih memperturutkan hawa nafsu dan perang kepentingan, maka ini berarti ‘kepemimpinan mafia’ dalam segala bentuknya.

                Tersebarnya narkoba, bisnis protitusi, jual-beli jabatan, penghamburan kekayaan negara tanpa pertanggungjawaban, hingga menyusupnya intel ke wilayah suci sipil melalui minuman keras, seks dan uang.Dalam kondisi seperti ini ,hidup terasa pahit,getir dan hambar.Wajar bila banyak orang yang berharap lebih cepat meninggal.

Kebangkitan Generasi Baru

                Waktu terus bergulir,mengalir tanpa bisa dihentikan. Kejahatan dan kemungkaran yang telah meracuni bangsa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.ia harus dilawan dengan gerakan kebangkitan generasi pengusung bendera kebajikan.Generasi inilah yang akan berusaha membangunkan ummat,menghidupkan hal-hal yang telah mati,menyatukan yang berserakan, memperbaharui pemuda-pemuda Islam, membebaskan otaknya dari kebekuan, membebaskan tekadnya dari kelemahan dan membersihkan nuraninya dari penyakit.Semua ini dilakukan dengan pembaharuan agama yang merupakan inti keberadaan, rahasia  keabadian dan sumber kemuliaan serta kebesarannya.

                Kebangkitan ini telah menjadi hakikat nyata di dunia Islam.Tidak ada yang mengingkarinya selain orang yang takabur atau pesimis. Setiap orang yang mencintai Islam dan mendambakan kebaikan pasti bergembira dengan kenyataan ini. “Mereka adalah pemuda yang beriman kepada Tuhannya dan kami tambahkan petunjuk bagi mereka.” (Qs.Al-Kahfi:13). Kebangkitan  ini adalah kebangkitan yang menyeluruh. Ia adalah kebangkitan akal pikiran, kebangkitan hati dan perasaan, kebangkitan tekad dan kemauan, kebangkitan perilaku dan komitmen, kebangkitan gairah dan dakwah, kebangkitan perjuangan dan jihad, kebangkitan seluruh muslimin dan muslimat.

                Diantara agenda kebangkitan yang harus digaungkan terus menerus, menurut DR Yusuf Qardhawi antara lain :

                 Seruan Implementasi  Syariat Islam.Setelah sekian lama sekularisme mendominasi dan membungkam suara penganjur syariat, hingga terdiam untuk beberapa waktu, saatnya mereka melihat sedikit demi sedikit kehancuran bangunan megah mereka.Kejenuhan masyarakat akan ketidakjelasan kehidupan mereka tatkala berada di bawah bayang-bayang materialisme semakin menguak.

                Ketidak jelasan hukum dan perundang-undangan semakin menambah jumlah daftar manusia yang tidak puas. Di sisi lain dunia yang sedang berjudi dengan kapitalisme,sebuah sistem ekonomi yang durhaka karena melindungi riba, telah kehilangan nafasnya. Manusia modern sebenarnya telah sampai pada kesimpulan bahwa ideologi yang mereka ciptakan sendiri gagal. Saatnya seruan implementasi  Syariat Islam menggema. Karena Islam hadir dalam wujud yang sempurna, integral dan membawa rahmat dalam kehidupan umat manusia.

                Kedua, menghidupkan Jihad fisabillah. Ini ditandai dengan lahirnya respon positif terhadap seruan jihad di jalan Alloh dan perlawanan terhadap agresor tiran di bumi Islam. Tanah air Islam kini menjadi saksi bagaimana para pejuang kebenaran tak pernah berhenti menghidupkan kembali nilai-nilai pemandu hidup yang hakiki. Mereka selalu membuktikan bahwa keimanan adalah sumber kekuatan. Berpegang teguh kepada islam adalah pelindung paling kuat  dan benteng paling kuat  dan benteng paling kokoh yang akan menjamin keselamatan umat ini, jika mau berlindung kepadanya. “ Barang siapa yang berpegang teguh kepada ( agama) Alloh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imran :103) Oleh karenanya menghidupkan jihad fisabilillah berarti mengembalikan izzah ummat yang tengah terpuruk.

                 Ketiga, Mengembalikan kepada Islam. Inilah buah kebangkitan yang paling manis dan paling gemilang. Setelah sekian lama mereka meninggalkan mesjid-mesjid, meramaikan klab-klab dan gedung-gedung bioskop, meninggalkan nilai-nilai akhlak warisan salafus shalih dan hidup hanya untuk mereka sendiri. Sekarang, saksikanlah! Bagaimana pemuda kembali meramaikan mesjidnya, memenuhi majelis-majelis dzikir dan ilmu, membaca buku dan majalah islami. Mereka pulalah yang segera menyahut seruan jihad di setiap bumi Islam. Masing-masing mereka berangkat ke medan jihad tanpa peduli,kematian ataukah kehidupan yang bakal menyongsong mereka.

                Tidaklah heran jika Imam Hasan Al-Banna  sangat memuji pemuda,” Fikrah hanya produktif jika keyakinan kepadanya kuat.Ada keikhlasan berjuang didalamnya,semangat memperjuangkannya bertambah menyala ,kesiapan untuk berkorban dan beramal untuk merealisasikannya. Empat rukun ini yakni Iman, Ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang taqwa, dasar semangat alah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. ( Majmu’ah ar-Rasail, hasan al banna)

                 Keempat, Mengembalikan perempuan muslimah kepada Hijab. Kembalinya muslimah kepada hijab, dengan sukarela, tanpa dipaksa oleh orang tua, suami atau pemerintah adalah fenomena kebangkitan yang mengembirakan. Tatkala arus kebangkitan Islam mulai muncul, maka segera saja mendapat respon dari kalangan pemuda dan pemudi. Mereka wujudkan itu dalam bentuk pemikiran, antusiasme, komitmen perempuan muslimah kepada hijab adalah bentuk nyata dari kesadaran itu.

                 Lebih jauh para perempuan muslimah saat ini tentang menggali kemampuannya dalam menjalankan kewajiban utama mereka yaitu mengurus rumah tangga suami dan mendidik generasi. Jika kaum perempuan baik maka anak-anak dan keluarganya akan  baik. Sebab ibu adalah sekolah bagi anak-anak generasi masa depan Islam.

 Menatap Masa depan cerah

                Menghapus agama  dari kehidupan tidaklah mungkin. Kalaupun bisa, itu tidak berguna. Manusia tanpa agama adalah manusia tanpa akar,tanpa harapan, tanpa masa depan.

                Ia menjadi manusia telanjang yang tersingkap cacatnya dari segala arah, kehilangan keyakinan dan keridhaan,selalu diliputi keraguan emosi dan ia akan hidup tanpa kebahagiaan hidup. Itulah fungsi agama.

                Dan kita, kaum muslimin memiliki berbagai berita gembira yang bersifat ukhrawi dan duniawi. Hal itu membuat kita yakin dalam menghadapi masa depan dan selalu percaya bahwa hari esok adalah lebih baik.

                 Namun  hal itu tidak berarti kita boleh berpangku tangan dan hanya bergantung pada berita –berita gembira itu. Semua itu harus dijadikan motivasi untuk berbuat dan bekerja keras dengan dasar pengetahuan dan perencanaan sehingga kita dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan, menganti harapan menjadi realitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar