Senin, 15 Desember 2008

MELAHIRKAN KSATRIA BARU


Alkisah seorang raja yang sudah lanjut usia, tengah mencari calon pewaris tahtanya. Beliau berputera kembar, keduanya laki-laki. Sama gagah, sama kesatria dan sama bijaksana. Keduanya pantas jadi raja, tetapi sayang kursi tahta hanya diperuntukkan untuk satu calon. Akhirnya sayembara pun digelar. Raja memberikan keduanya teka-teki. Dia yang sanggup menjawab dan membuktikan jawabnyalah yang akan duduk sebagai raja. Demikian bunyi teka-teki tersebut : Apakah seorang kesatria sejati dilahirkan ataukah dibentuk ? Putera kedua lebih dulu menjawab. Ia berpendapat bahwa kesatria sejati dilahirkan bukan dibentuk. Ternyata putera pertama berpendapat lain, ia yakin bahwa kesatria sejati itu dapat dibentuk. Sang Ayahanda tersenyum bijak. “Anakku, “kata beliau,”Aku memberikan kalian kesempatan selama 40 hari untuk membuktikan jawaban kalian. Tepat satu hari menjelang bulan purnama, kalian harus berkumpul di alun-alun istana dan membawa bukti-bukti yang memadai sesuai pendapat kalian.”

Putera pertama segera bergegas pergi ke sebuah desa. Ia mengumpulkan 10 ekor kucing kampung dan tanpa buang-buang waktu segera melatih kucing-kucing itu. Mereka diajari berbagai hal yang mustahil dikerjakan oleh seekor kucing sebelumnya, yaitu berdiri diatas kedua kaki, menari, bersolek, berenang, bahkan bermain kecapi. Siang dan malam dilalui tanpa kenal lelah melatih kucing-kucingnya. Akhirnya dari sepuluh ekor itu terpilihlah satu ekor yang terbaik. Binatang itu kini telah menjelma menjadi mahluk yang luar biasa. Betapa tidak, kucing itu sekarang sudah bertingkah seperti layaknya manusia biasa. Tak ayal, kucing miliknya kini jadi pusat perhatian seluruh negeri. Semua bibir bergunjing tentang kehebatan kucing, putera pertama. Kabar itupun akhirnya terbawa angin dan sampai ketelinga raja dan putera kedua. Walau belum dapat mengumpulkan bukti apapun, sang putera kedua, tetap tinggal tenang di istana.

Hari yang ditunggu-tunggu tibalah sudah. Alun-alun sedari pagi tadi sudah penuh sesak dijejali ribuan rakyat. Mereka semua seakan tak sabar ingin menyaksikan akhir sayembara itu. Sang Raja muncul kemuka memberi kesempatan putera pertama untuk tampil. “Wahai baginda,”, seru putera pertama, “Ayahanda tercinta. Seperti yang sudah ananda utarakan 40 hari yang lalu, bahwa seorang kesatria itu dapat dibentuk dan tidak dilahirkan. Kini ananda membawa buktinya.” Maka mulailah kucing miliknya beraksi. Tepuk tangan, dan sorak sorai, riuh rendah memenuhi udara. Sejenak putera pertama memberi aba-aba, dan si kucing pun menghentikan akrobatnya. “Wahai baginda dan rakyat kerajaan ini seluruhnya. Apa yang kalian saksikan belumlah seberapa, sekarang kucing milik ku akan berkata-kata seperti layaknya seorang manusia”. Semua orang di alun-alun itu terdiam menahan napas. Mereka tampak saling berpandangan satu sama lain. Apa ? Berkata-kata ? Mustahil. Sang putera pertama pun berdiri sambil mengangkat tangannya sementara kucing itu terlihat bersiap sedia. “Tunggu !” Tiba-tiba putera kedua berdiri dan mengacungkan bungkusan plastik yang telah dipegangnya sedari tadi. Hadirin mengalihkan perhatian kearah putera kedua. Tangan kanannya tampak membuka bungkusan itu dan sekonyong-konyong seekor tikus melompat keluar. Melihat tikus yang gemuk itu, karuan saja si kucing menyeringai ganas. Ia segera melompat, mengejar tikus itu habis-habisan dan melupakan para pengagumnya. Keduanya terlibat kejar-kejaran seru diantara ribuan hadirin yang memadati alun-alun. Segera saja suasana berubah jadi kacau balau. Orang berlarian kesana-kemari takut menjai korba kucing yang sedang kalap. Sayembara pun nyaris bubar. Kejar-kejaran itu berakhirnya disebuah tumpukan sampah dekat sebuah selokan. Dengan baju compang-camping dan bulu-bulu dan wajah hitan belepotan lumpur Si kucing akhirnya keluar dengan membawa tikus diantara gigi-giginya. Tanpa peduli dengan ribuan pasang mata yang memelotinya, si kucing pun berlalu. Seolah ingin menyantap makananya tanpa diganggu siapapun juga. “Wahai baginda, ayahanda tercinta dan rakyat seluruh negeri paduka.”, tiba-tiba terdengar teriakan lantang dari putera kedua ”Ternyata benar apa yang ananda sampaikan pada baginda. Sekarang kita sama-sama menyaksikan bahwa kesatria itu dilahirkan !”.

Selamat Menyongsong Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1430 H . Di penghujung tahun ini kita bermuhasabah kelebihan dan kekurangan kita di tahun sebelumnya dan selanjutnya kita bertekad bulat untuk terlahir kembali di Tahun baru dan bukan sekedar menjadi seekor kucing terlatih yang tinggal tunggu waktu, akhirnya akan memunculkan prilaku lama nya kembali. Selamat berjumpa di alun-alun istana raja.

1 komentar:

  1. Ada yg bisa bantu saya menjelaskan cerita ini? Kok saya ga ngerti dg kalimat bahwa kesatria itu dilahirkan. Saya lebih mengerti kalo kesatria itu dibentuk :-? ummi ammar

    BalasHapus